News Petrotekno - June 30th, 2020
BP menyelenggarakan program pemagangan khusus untuk putra-putri asal Papua Barat guna menyiapkan teknisi lapangan yang kompeten di kilang LNG Tangguh.
Dukungan keluarga menjadi pendorong utama bagi Ayu dan Sukron untuk memutuskan pulang ke Papua Barat pada tahun 2017. Sebelumnya, mereka sedang merantau di Jawa untuk menimba ilmu dan bersekolah. Keduanya kembali ke Bumi Cendrawasih guna mengikuti seleksi program pemagangan teknisi Papua LNG Tangguh.
“Saat mendapat kabar dari kakak saya tentang program magang BP, sebetulnya saya sedang kuliah tingkat akhir di Brawijaya, Malang. Saya sedang sibuk penelitian skripsi. Kakak bilang agar saya coba ikut tes,” kata Ayu yang dinobatkan sebagai Best 2017 Apprentice.
Motivasi dari sang kakak menjadi bekal awal untuk Ayu Diah Sotaya Rumagesan mengikuti program magang yang dinisiasi BP ini. Menjadi teknisi di sebuah lapangan LNG memang bukan sebuah hal yang diimpikannya sejak kecil. Namun, Ayu tertarik untuk bergabung karena nantinya dapat bekerja untuk tanah kelahirannya. Selain itu, mejadi teknisi di kilang LNG Tangguh juga menawarkan waktu kerja yang memberikan kesempatan Ayu untuk menyeimbangkan pekerjaan dan juga hobinya jalan-jalan.
“Menjadi teknisi di Tangguh itu kita kerja dengan sistem rotasi. Artinya, setelah bekerja on duty selama tiga minggu, saya mendapat waktu libur tiga minggu pula. Jadi, saya bisa jalan-jalan.” ucapnya seraya tersenyum.
Keputusan mendadak mudik ke Papua juga diambil Sukron Ma’mun Nabi. Ketika disarankan sang ayah agar mengikuti program magang BP, ia sedang ‘mondok’ di salah satu pesantren di Provinsi Banten. Setelah menyetujui permintaan orang tuanya, pria asal Teluk Bintuni ni pulang ke kampung halaman.
“Orang tua saya memberikan saya informasi tentang program magang BP. Awalnya, saya berpikir apakah ini keputusan yang tepat. Namun saya percaya bahwa dengan ikut program, ini adalah bentuk usaha saya dalam membantu ekonomi keluarga,” kata Sukron. Pasalnya, selama periode pendidikan, peserta tidak hanya terpenuhi kebutuhan sehari-hari seperti tempat tinggal dan makan, namun juga dapat membantu keluarga dengan uang saku yang diberikan setiap bulan.
Setelah menempuh tiga tahun pendidikan, akhirnya pada 3 Februari 2020, angkatan kedua program pemagangan ini menyelesaikan pelatihan dengan baik. Tak hanya Ayu dan Sukron, total ada 37 peserta pemagangan yang mendapatkan sertifikat berskala internasional hari itu. Mereka tidak hanya membanggakan keluarganya, tetapi juga mengharumkan nama Papua Barat.
Program pemagangan khusus untuk putra-putri asal Papua Barat tersebut diselenggarakan oleh perusahaan migas asal Inggris, BP dan bekerja sama dengan Petrotekno. Hal ini bertujuan guna menyiapkan teknisi lapangan yang kompeten untuk bekerja di Kilang LNG Tangguh, Papua Barat.
“Bulan depan (Maret), mereka akan menjadi bagian dari lapangan produksi gas terbesar di Indonesia (LNG Tangguh). Kalianlah masa depan Tangguh, masa depan Papua dan Indonesia. Kami sangat terinspirasi dari (perjuangan) kalian,” kata BP Regional President Asia Pacific Nader Zaki.
Kehadiran program pemagangan merupakan bentuk komitmen Tangguh untuk menyiapkan tenaga kerja lokal dari Papua Barat. Tak tanggung-tanggung, berdasarkan komitmen AMDAL, pada 2029 ditargetkan 85 persen pekerja LNG Tangguh berasal dari Papua dan Papua Barat. Program pemagangan teknisi Papua akan memberikan jumlah talenta yang pas untuk mencapai target ini.
Mereka yang menjadi peserta program magang adalah lulusan SMA / SMK yang berdomisili di Papua Barat. BP secara khusus membidik siswa-siswa asal Teluk Bintuni, Fakfak, Manokwari, dan Sorong.
Setelah tiga tahun, siswa yang lolos assessment akan mendapatkan sertifikasi internasional dari Global Vocational Qualification asal Inggris. Ini bisa menjadi bekal mereka untuk mendapatkan kesempatan bekerja di kilang LNG Tangguh maupun proyek migas lain.
Sejak 2016 – 2018, kegiatan magang tersebut sukses menyaring bibit-bibit muda berprestasi yang terbagi ke dalam tiga angkatan, masing-masing angkatan sekitar 40 peserta. Angkatan pertama dikukuhkan pada 28 Januari 2019. Kini, sebanyak 32 orang pemagang sudah mulai bekerja di proyek LNG Tangguh.
Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani mengutarakan apresiasinya terhadap program pemagangan yang diselenggarakan BP. “Ini upaya yang sungguh-sungguh dari BP untuk menyiapkan anak-anak kita agar siap masuk dunia kerja,” ujarnya.
Cita-cita berkarir bersama BP tinggal selangkah lagi bagi Ayu, Sukron dan 35 kawannya sesama peserta magang angkatan kedua. Mereka berkomitmen untuk berkontribusi seoptimal mungkin selama bekerja di kilang LNG Tangguh.
“Saya tidak ingin hanya menjadi teknisi lapangan. Saya yakin saya akan dapat mengembangkan karir saya di Tangguh dan menjadi pemimpin di masa depan. Saya harus bisa membanggakan orang tua, membanggakan tanah Papua dan membanggakan Indonesia,” ujar Ayu.